Dulu
Waktu TK
guru : “coba tebak ditangan
kanan dan tangan kiri ibu ada berapa permen jika permen yang ibu punya semuanya
ada 10”
didin : “tangan kanan lima dan tangan
kiri lima”
dian :”tangan kanan sepuluh dan
tangan kiri ga pegang”
pampam :”tangan kanan sembilan
dan tangan kiri satu”
amung :”tangan kiri tujuh dan
tangan kanan tiga”
adi :”tangan kanan empat dan
tangan kiri enam”
dst (hampir semua siswa punya
jawaban masing-masing yang berbeda dan semua kemungkinan benar)
Dulu
Waktu Sd
guru : ”..... + ..... = 10, berapa
nilai titik-titik tersebut?”
titik : ”satu dan sembilan”
musmus : ”tujuh dan tiga”
rofa : ”delapan dan dua”
aan : ”enam dan empat”
dst (semua siswa masih bisa
jawab dengan benar dan cepat)
Dulu
Waktu SMP
guru : ”m + n = 10, berapa nilai
m dan n”
siswa satu kelas : ......?
benci : ” mungkin m = 5 dan n =
5”
rindu : ”mungkin m = 9 dan n = 1”
kasih : ”mungkin m = 7 dan n = 3”
sayang : ”mungkin m = 4 dan n =
6”
cinta : ”mungkin m = 8 dan n
=2”
setia : ”mungkin m = 1 dan n =
9”
dst (meski sedikit lama dan
dengan keraguan tapi siswa masih bisa menjawab dengan benar)
Waktu
SMA Dan Waktu S1
guru/dosen: ”berapa nilai x dan
y, jika x + y = 10”
siswa/mhs satu kelas : ?????
Didin : ”jika x + y = 10, maka x
= 10 – y dan y = 10 - x”
Pampam : ”nilai x = 10 – y
disubtitusi ke x + y = 10”
Adi : “lo Cuma satu persamaan tidak
bisa, dibutuhkan satu persamaan lagi”
NB:
Aljabar itu diajarkan sejak TK,
namun kenapa yang waktu TK bisa jawab dengan lancar malah pada waktu SMA atau kuliah
malah tidak bisa jawab, dimana letak kesalahannya...?
B E R S A M B U N G . . . .
B E R S A M B U N G . . . .
No comments:
Post a Comment